Diatom akan sangat tergantung pada pola arus
laut dan pergerakan massa air baik itu secara horizontal maupun vertical. Cell
diatom ini mempunyai ukuran kurang lebih 2 micron sampai beberapa millimeter,
namun kita juga kadang menemukan beberapa yang ukurannya sampai 200
micron.Sampai saat ini para ahli memperkirakan jumlah species dari diatom ini
sekitar 50.000 spesies.Kebanyakan diatom adalah bersel tunggal, walaupun beberapa membentuk
rantai atau koloni.Sel diatom dilapisi dinding sel unik yang terbuat dari
silika.Diatom memiliki klorofil dan mampu berfotosintesis.
Ciri-ciri
kelas bacillariophyceae, yaitu :
1. Unisellular atau kolonial dengan dengan
dinding sel tersusun oleh silikat
2.
Susunan tubuh : berbentuk sel tunggal, berbentuk koloni dengan membentuk tubuh
simetri bilateral (pennales) dan simetri radial (centrales).
3. Susunan sel : Terdapat dinding sel yang
disebut frustula tersusun dari bagian dasar yang dinamakan hipoteka dan bagian
tutup (epiteka) dan sabuk (singulum). Frustula ini tersusun oleh zat pectin
yang dilapisi silicon.Epiteka dan hipoteka tersusun oleh valve atas dan valve
bawah. • Valve tersusun dari: rafe, stria, nodulus pusat dan nodulus kutub.
Pennales, pina berarti sirip, strianya tersusun menyirip, banyak ditemukan
diair tawar. Centrales, strianya tersusun memusat, banyak ditemukan di air
laut.
4. Alat gerak : flagel yang terdapat pada
sperma
5.
Isi sel : berinti tunggal dan berinti diploid, pigmen klorofil a dan c, beta
karotin serta xantofil (fukosantin)
6. Habitat : umumnya dalam semua situasi air,
tetapi terutama dalam air dingin.
7. Cadangan makanan : chrysolaminarin
(dimodifikasi laminarin) dan minyak
Menurut
morfologinya, diatom dibedakan atas
2 ordo yaitu
ordo Centrales (centric diatom)
dan ordo Pennales (pennate diatom). Kedua ordo
ini dibedakan dari
bentuk frustulanya. Ordo Centrales
memiliki frustula yang
berbentuk radial simetri, segi
tiga dan ada
yang bermodifikasi menjadi
hentuk segi empat.
Sedangkan ordo Pennalesmemiliki
frustula yang berhentuk radial
simetri. Ordo Centrales
biasanya hidup planktonik (berasosiasi di kolom
air), sedangkan ordo Pennales
kebanyakan hidupnya sebagai bentik
dan dapat ditemukan
pada zona pantai yang
bersubstrat kasar sampai dengan
substrat halus atau
lumpur yang juga disebut
sebagai diatom bentik (Sumich,
1999). Spesies-spesies
diatom Centrales yang
hidup planktonik adalah Chaetoceros, Cosconocliscus, Rlzizosolenin, Skeletonenza, Planktoniella,
dan Melosira. Sedangkan spesies-spesies
dari ordo Pennales yang hidup sebagai organisme bentik
adalah Navicula, Niizsclia,
Amphora, Diploneis dan Cocconeis .
Diatom dapat ditemukan di air tawar dan
lingkungan laut.Secara umum, diatom mendiami tubuh sebagian besar air di semua
bagian dunia (jika disediakan dengan jumlah nutrisi yang cukup).Di habitat air
tawar, diatom makmur sepanjang tahun, terutama di musim semi dan musim gugur.
Tidak hanya ada di sungai diatom, danau dan badan air lainnya segar, tetapi
mereka dapat ditemukan di bebatuan, tanaman, dan lumpur yang hadir di dalam
atau di perbatasan air. Dalam lingkungan laut, diatom memiliki kapasitas untuk
ada dalam saluran pencernaan hewan, pada cangkang mereka, pada alga, dan bahkan
pada bongkahan es.
Hampir
semua diatom yang hidup membutuhkan sinar matahari untuk bertahan hidup dan
berfotosintesis, membatasi mereka untuk meter teratas 200 dari kolom air. Ini
wilayah yang diterangi matahari pada kolom air ini disebut sebagai zona
fotik.Air di bawah zona fotik adalah dunia kegelapan.Karena seluruh
permukaan laut terkena sinar matahari setidaknya sebagian tahun, diatom hidup
di mana-mana di permukaan laut.
Penentuan Habitat
Arus dapat
berfungsi sebagai metode bergerak organisme ke habitat baru. Arus Teluk,
misalnya, memiliki kapasitas untuk memindahkan organisme dari Hindia Timur
sampai pantai timur Amerika Serikat. Karena diatom juga dapat menjadi melekat
pada kaki serangga dan burung, serta sisik ikan dan sisi kapal, mereka dapat
melakukan perjalanan jauh dan luas untuk menghuni tempat-tempat baru.
Pemanasan global yang meningkatkan
suhu bumi, termasuk menghangatkan perairan laut di seluruh dunia, dipastikan
mengganggu ekosistem perairan. Dengan kata lain, produktivitas ekosistem laut
pun ikut anjlok. Pemanasan global (global
warming) pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global
dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi
gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),
dinitrooksida(N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap
dalam atmosfer bumi.
Menurut laporan yang dirilis oleh
Global Coral Reef Monitoring Network, emisi karbondioksida ini mengakibatkan
hilangnya terumbu karang hampir 20%.Selain itu, meningkatnya konsentrasi
karbondioksida di atmosfer, dapat meningkatkan keasaman laut yang dapat
mempengaruhi kehidupan terumbu karang dan biota laut lainnya. Jika kesaman laut
meningkat, maka ketersediaan kalsium karbonat yang dibutuhkan oleh karang akan
menurun sehingga berdampak pada kehidupan karang tersebut dimana tidak ada
suplai kalsium lagi yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya.
Sekitar 7.1 gigaton karbon saat ini
dipancarkan setiap tahun oleh aktivitas manusia. Namun, sekitar dua gigaton
karbon, atau sekitar 25 sampai 30 persen dari emisi antropogenik tahunan,
diserap oleh lautan, dengan 3,3 gigaton terus terakumulasi di atmosfer. Lautan
telah menyerap sekitar 525 gigaton karbon dioksida dari atmosfer selama 200
tahun terakhir, tingkat sepuluh kali tingkat historis alami. Selama milenium
berikutnya, diperkirakan bahwa lautan dunia akan menyerap 90 persen karbon
dioksida antropogenik saat ini sedang dilepaskan ke atmosfer.
Salah satu organisme yang berperan
dalam penyerapan karbondioksida adalah diatom.(Bacillariophyceae) merupakan
kelas fitoplankton yang mendominasi di suatu perairan.Selama fotosintesis,
diatom mengubah karbon dioksida menjadi karbon organik dan dalam prosesnya
menghasilkan oksigen. Satu fitoplankton Bacillariophyceae berpotensi menyerap
emisi CO2 di atmosfer sebesar 0,0256 mg CO2 per satu siklus fotosintesis
sehingga dapat dikatakan mereka bertanggung jawab untuk 40 persen dari karbon
organik yang dihasilkan di lautan dunia setiap tahun.
Namun,
yang jauh lebih penting adalah fakta bahwa tumbuhan mini bersel tunggal ini
berperan dalam 25 persen fotosintesis yang berlangsung di planet kita.Telah
Ditemukan bahwa silika pada cangkang kaca diatom menimbulkan perubahan kimia
pada air dalam cangkang tersebut, sehingga terciptalah lingkungan yang ideal
untuk fotosintesis. Cangkang kaca itu bisa begitu dekoratif karena sebagian
besar permukaannya terkena air yang terdapat di dalam sel itu, sehingga proses
fotosintesisnya lebih efisien. Para peneliti masih belum tahu bagaimana
persisnya cangkang kaca yang indah nan mungil ini terbentuk dari silikon yang
larut dalam air laut, tetapi fakta yang mereka ketahui adalah bahwa dengan
menyerap karbon dioksida dan melepaskan oksigen, diatom memainkan peranan yang
sangat penting dalam menunjang kehidupan di bumi, mungkin bahkan lebih penting
daripada kebanyakan tumbuhan darat.
Sewaktu diatom mati, sisa-sisa karbonnya tenggelam ke dasar lautan dan akhirnya menjadi fosil.Beberapa ilmuwan percaya bahwa dalam bentuk fosil dan di bawah tekanan yang sangat kuat, diatom turut menghasilkan cadangan minyak dunia.Akan tetapi, keadaannya makin memprihatinkan karena meningkatnya temperatur air laut akibat pemanasan global menyebabkan bakteri memakan sisa-sisa diatom sebelum tenggelam, dan karbonnya dilepaskan kembali ke permukaan air. Jadi, ”permata di dalam laut” yang mungil itu pun, yang adalah bagian dari sistem penunjang kehidupan yang dirancang secara menakjubkan, kini bisa terancam punah
Baca juga berbagai informasi tentang Islam di Chanel Islamku
Sewaktu diatom mati, sisa-sisa karbonnya tenggelam ke dasar lautan dan akhirnya menjadi fosil.Beberapa ilmuwan percaya bahwa dalam bentuk fosil dan di bawah tekanan yang sangat kuat, diatom turut menghasilkan cadangan minyak dunia.Akan tetapi, keadaannya makin memprihatinkan karena meningkatnya temperatur air laut akibat pemanasan global menyebabkan bakteri memakan sisa-sisa diatom sebelum tenggelam, dan karbonnya dilepaskan kembali ke permukaan air. Jadi, ”permata di dalam laut” yang mungil itu pun, yang adalah bagian dari sistem penunjang kehidupan yang dirancang secara menakjubkan, kini bisa terancam punah
Baca juga berbagai informasi tentang Islam di Chanel Islamku
0 Komentar
Penulisan markup di komentar