Penisilin

18.08

Penisillin merupakan antibiotik pertama yang ditemukan oleh Alexander Flemming tahun 1928 di London yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan sistemik dengan menggunakan biakan Penicillium notatum. Akibat kebutuhan penisillin dalam jumlah besar pada saat perang dunia II, kemudian digunakan Penicillium chrysogenum yang dapat menghasilkan penisillin lebih banyak. Antibiotik ini diperoleh dengan cara ekstraksi biakan cair yang tumbuh dalam perbenihan khusus. Penisillin alamiah yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah Penicillin G. Dari cairan peragian Penicillium, asam 6-amino-penisilanat dapat di isolasi secara besar-besaran. Ini membuka kemungkinan pembuatan senyawa serupa penisillin yang hampir tidak terbatas jumlahnya dengan cara penggabungan gugus amino bebas asam penisilanat pada gugus-gugus karboksil bebas dari pelbagai jenis radikal.
Semua penisillin memiliki struktur dasar yang sama. Antibiotik ini termasuk antibiotik golongan betalaktam karena mempunyai rumus bangun dengan struktur seperti cincin β-laktam yang merupakan syarat mutlak untuk menunjukkan khasiatnya. Jika cincin menjadi terbuka oleh enzim β-laktamase (penisilinase dan cephalosporinase), maka khasiat anti bakteri antibiotik penisillin menjadi lenyap.
DERIVAT PENISILLIN
A. Penisillin Spektrum Sempit
  1. Benzil penisillin / Penisillin G
Tidak tahan dengan asam lambung, sehingga pemberian secara oral akan diuraikan asam lambung, karena itu penggunaannya secara injeksi atau infus intravena.
  1. Fenoksimetil Penisillin / Penisillin V
Penisillin ini tahan asam lambung, pemberian sebaiknya dalam keadaan sebelum makan.
  1. Penisillin Tahan Penisillinase
Derivat ini hampir tidak terurai oleh penisillinase, tapi aktivitasnya lebih ringan dari Penicillin G dan penicillin V. Umumnya digunakan untuk kuman-kuman yang resisten terhadap obat-obat tersebut. Contohnya :
- Kloksasillin
- Dikloksasillin
- Flukloksasillin
  1. Derivat Tahan Pseudomonas
Pseudomonas merpakan bakteri yang banyak berada di udara yang sangat kuat. Derivat dari penisillin yang tahan terhadap pseudomonas yaitu :
- Karbenisillin
- Karindasillin
- Tikarsillin
- Piperasillin
Piperasillin merupakan derivat penisillin tahan pseudomonas yang paling kuat.
B. Penisillin Spektrum Luas
  1. Ampisillin
Spektrum kerja meliputi banyak kuman gram positif dan gram negatif yang tidak peka terhadap penisillin G. Khasiatnya terhadap kuman-kuman gram positif lebih ringan daripada penisillin spektrum sempit . Banyak digunakan untuk mengobati berbagai infeksi atau peradangan pada saluran pernafasan (bronkitis), saluran pencernaan (desentri) dan infeksi saluran kemih.
  1. Amoksisillin
Spektrum kerjanya sama dengan ampisillin, tetapi absorbsinya lebih cepat dan lengkap. Banyak digunakan terutama pada bronkitis menahun dan infeksi saluran kemih.
MEKANISME KERJA
Seperti halnya semua antibiotik β-laktam, penicillin menghambat pertumbuhan bakteri dengan jalan menghambat tahap spesifik dalam sintesis dinding sel. Dinding sel ini merupakan lapisan luar yang rigid (kaku), yang menutupi keseluruhan membran sitoplasma (Gambar 1). Lapisan ini mempertahankan bentuk sel serta mencegah lisis sel yang mungkin terjadi sebagai akibat dari tekanan osmotik yang tinggi di dalam sel dibanding dengan lingkungan luarnya. Dinding sel terdiri dari kompleks polimer silang-kait, peptidoglycan (murein, mucopeptide), yang terdiri atas polisakarida dan polipeptida. Polisakarida mengandung gula-gula amino yang berubah-ubah, asam N-acetylglucosamine dan asam N-acetylmuramic (Gambar 2). Lima peptida asam-amino terikat pada gula asam N-acetylmuramic. Peptida ini berakhir di D-alanyl-D-alanin. Protein-protein pengikat penicillin (PBPs = Penicillin Binding Protein) mengkatalisasi reaksi transpeptidase yang melepaskan alanin akhir untuk membentuk ikatan silang dengan peptida terdekat. Hal ini memberikan struktur yang rigid bagi dinding sel. Antibiotik-antibiotik β-laktam merupakan analog struktural dari substrat D-Ala-D-Ala alami yang secara kovalen diikat oleh PBP pada situs aktif. Setelah suatu antibiotik β-laktam terhubung pada PBP, reaksi transpeptidasi dihambat (Gambar 3), sintesis peptidoglycan disakat, dan sel akan mati. Mekanisme tepat yang bertanggung jawab pada kematian sel tidak sepenuhnya diketahui, namun autolysin, enzym-enzym bakteri yang membentuk ulang dan merusak dinding sel, terkait dalam hal ini. Penicillin dan cephalosphorine bersifat bakterisid hanya kalau sel-sel tumbuh dengan aktif dan mensintesis dinding sel.
Sefalosporin
Sumber dan sejarah
Antibiotik beta laktam merupakan antibiotik yang bermanfaat dan sering diresepkan oleh dokter, memiliki struktur umum dan mekanisme kerja yang sama yaitu menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri. Sefalosporin termasuk golongan antibiotika Betalaktam.
Cephalosporium acremonium merupakan sumber awal senyawa sefalosporin, diisolasi pada tahun 1948 oleh B rotzu dari laut didekat saluran pembuangan air dipesisir Sardinia. Filtrate kasar jamur ini diketahui dapat menghambat pertumbuhan s. aureus secara in vitro dan menyembuhkan infeksi stafilokokus dan demam tifoid pada manusia. Cairan kultur tempat jamursardinia ini ditumbuhkan mengandug tiga antibiotik berbeda yang dinamakan sefalosporin P,N, dan C. Dengan diisolasinya inti akti sefalosporin C, yaitu asam 7-aminosefalosporanat, dan dengan penambahan rantai samping. Memungkinkan dibuatnya senyawa semisintetik dengan aktivitas antibakteri yang jauh lebih besar dibandingkan senyawa induknya.
Salah satu keunggulan dari generasi terbaru sefalosporin adalah efektivitas mereka dengan dosis minimal. Sebaliknya, banyak antibiotik membutuhkan terapi jangka panjang. Juga, sefalosporin tidak menunjukkan interaktivitas negatif dengan makanan.
Sefalosporin digunakan dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mereka bekerja dengan membunuh bakteri atau mencegah pertumbuhan mereka. Berikut merupakan penggolongan generasi Sefalosporin
Kimiawi
Inti sefalosporin 7-aminosefalosporanat, sangat menyerupai  6-aminosefalosporanat dan dengan inti antibiotika sefamistin. Aktivitas antimikroba intrinsic sefalosporin alamiah rendah, tetapi elekatan berbagai gugusan R1 dan R2 telah menghasilkan obat dengan aktivitas terapi yang baik toksisitas yang rendah.
Sefalosporin memiliki berat molekul 400-450. Dapat larut dalam air dan relative stabil terhadap perubahan pH dan suhu. Berfariasi dalam resistensi terhadap beta-laktamase.
Kinetic
Pada uumnya sefalosporin hanya sdikit diabsorpsi dalam saluran cerna dan karena itu harus digunakan secara intramuskuler atau intravena. Sefalosporin yang tidak memiliki gugus asetil, sebagian besar akan diekskresi dalam bentuk tak berubah. Ektraksi terjadi melalui ginjal dan sebagian melalui empedu. Pada insufisiensi ginjal ekstraksi sefalosporin umumnya diperlambat, karena itu pengaturan dosis harus disesuaikan dengan tingkat insufisiensi ginjalnya.
Pembuatan antibiotik sefalosporin
Cendawan C. acremonium ditumbuhkan pada agar-agar miring selama 7 hari, koloninya disuspensikan dengan akuades steril dan dituangkan ke dalam cawan petri steril yang selanjutnya diletakkan di bawah lampu ultraviolet (UV) yang telah dikondisikan dengan jarak 15 cm. Pengambilan contoh sebanyak 1 ml dilakukan tepat pada saat cawan petri mulai diletakkan di bawah lampu UV (0 menit) sampai 50 menit dengan interval pengambilannya setiap 5 menit. Contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml akuades steril, dikocok, dan didiamkan selama 30 menit dalam gelap. Dari setiap contoh tersebut dibuat kurva matinya untuk mengetahui jarak dan waktu radiasi yang tepat. Selain itu juga dicoba kombinasi mutasi menggunakan sinar UV dan metode kimia menggunakan etil metana sulfonat (EMS). Mutan terpilih diseleksi lagi untuk mendapatkan mutan unggul yang menghasilkan antibiotik sefaloporin C.
Penggunaan sinar UV 254 nm pada jarak 15 cm dari objek selama 29 menit dapat meningkatkan produksi sefalosporin C sebesar 128.0% dari hasil mutasi I dan 149.1% dari hasil mutasi II. Produksi sefalosporin C dapat ditingkatkan dengan mutasi fisik menggunakan sinar UV yang dikombinasikan dengan cara kimia menggunakan EMS dengan konsentrasi 160 µl/ml selama 45 menit, yakni menghasilkan kenaikan produksi sefalosporin C sebesar 198.8% pada mutan GBKI-17


Mekanisme kerja 
Sefalosporin biasanya bakterisida terhadap bakteri rentan dan bertindak dengan sintesis mucopeptide penghambat pada dinding sel sehingga penghalang yang rusak dan tidak stabil spheroplast osmotically. Mekanisme yang tepat untuk efek ini belum pasti ditentukan, tetapi antibiotik beta-laktam  telah ditunjukkan untuk mengikat beberapa enzim (carboxypeptidases, transpeptidases, endopeptidases) dalam membran sitoplasma bakteri yang terlibat dengan sintesis dinding sel. Afinitas yang berbeda bahwa berbagai antibiotic  beta-laktam memiliki enzim tersebut (juga dikenal sebagai mengikat protein penisilin; PBPs) membantu menjelaskan perbedaan dalam spektrum aktivitas dari obat yang tidak dijelaskan oleh pengaruh beta-laktamase. Seperti antibiotik beta-laktam lainnya, sefalosporin umumnya dianggap lebih efektif terhadap pertumbuhan bakteri aktif.
Kelas antibiotik sefalosporin biasanya dibagi menjadi tiga klasifikasi atau generasi. Generasi pertama, sefalosporin termasuk: sefalotin (IM / IV), cefazolin (IM / IV), cephapirin (IM / IV / intramammary), cephradine (IM / IV / PO), sefaleksin (PO) dan sefadroksil (PO). Walaupun mungkin ada perbedaan dalam MIC untuk individu sefalosporin generasi pertama, spektrum aktivitas mereka cukup mirip. Mereka umumnya memiliki cakupan yang sangat baik terhadap patogen gram positif  dan variabel buruk terhadap gram negatif. Obat ini sangat aktif in vitro terhadap kelompok-hemolitik A dan B Streptococcus beta, non-enterococcal kelompok D Streptococcus (S bovis.), Staphylococcus intermedius dan aureas, mirabilis Proteus dan beberapa strain dari E,. Coli Klebsiella sp Actinobacillus.,, Pasturella, equigenitalis Haemophilus, Shigella dan Salmonella. Dengan pengecualian Bacteroides fragilis, anaerob kebanyakan sangat rentan terhadap agen generasi pertama. Sebagian besar spesies Corynebacteria yang rentan, tetapi C). equi (Rhodococcus biasanya tahan. Strain Staphylococcus epidermidis biasanya sensitif terhadap obat-obatan diberikan 1 generasi parenteral, tetapi mungkin memiliki variabel kerentanan terhadap obat oral. Bakteri berikut secara teratur resisten terhadap agen generasi 1: Group D Streptococcus / enterococci (S.. Faecalis, faecium S), tahan methicillin Staphylococcus, indole-positif Proteus sp,., Pseudomonas Serratia sp,. Sp Enterobacter sp dan Citrobacter sp .
Sefalosporin generasi kedua meliputi: cefaclor (PO), cefamandole (IM / IV), cefonicid (IM / IV), ceforanide (IM / IV) dan aksetil (PO / IM / IV). Selain cakupan gram positif agen generasi 1, agen ini telah memperluas cakupan gram negatif. Cefoxitin dan cefotetan juga mempunyai aktivitas yang baik terhadap Bacteroides fragilis. Cukup variasi antara agen ini sehubungan dengan spektrum aktivitas mereka terhadap sebagian besar spesies bakteri gram negatif,uji kerentanan umumnya diwajibkan untuk menentukan sensitivitas. Para agen generasi kedua tidak ditemukan digunakan secara luas dalam praktek.
Sefalosporin generasi ketiga mempertahankan kegiatan positif gram generasi kedua dan pertama, tetapi dalam perbandingan, punya banyak kegiatan memperluas gram negatif. Termasuk dalam kelompok ini adalah: cefotaxime (IM / IV), moxalactam (sebenarnya 1-Oxa-beta-lacatam; IM / IV), cefoperazone (IM / IV), ceftizoxime (IM / IV), seftazidim (IM / IV) , ceftriaxone (IM / IV), ceftiofur (IM) dan cefixime (PO). Seperti dengan agen generasi 2, variabilitas cukup ada dengan sensitivitas bakteri uji kerentanan individu yang diperlukan untuk bakteri kebanyakan. Biasanya hanya seftazidim dan cefoperazone    yang aktif terhadap strain Pseudomonas aeruginosa. Karena gram negatif yang sangat baik cakupan agen ini jika dibandingkan dengan aminoglikosida. Ceftiofur disetujui untuk digunakan pada ternak sapi, namun penggunaannya dalam spesies lain terhambat oleh kurangnya data pada spektrum yang kegiatan atau ketersediaan profil farmakokinetik.
Farmakokinetik (Umum)
Sampai saat ini, hanya beberapa sefalosporin generasi pertama lumayan diserap setelah pemberian oral, tetapi ini telah berubah dengan ketersediaan aksetil (generasi kedua) dan cefixime (generasi ketiga). Tergantung pada obat, penyerapan mungkin tertunda, berubah, atau meningkat jika diberikan dengan makanan.
Sefalosporin secara luas didistribusikan ke sebagian besar jaringan dan cairan, termasuk tulang, cairan pleura, cairan perikardial dan cairan sinovial. tingkat yang lebih tinggi ditemukan meradang ditulang normal. Sangat tinggi ditemukan dalam urin, tetapi mereka menembus buruk menjadi jaringan prostat dan aqueous humor. Tingkat Empedu dapat mencapai konsentrasi terapi dengan beberapa agen selama obstruksi empedu tidak ada. Dengan pengecualian aksetil, tidak ada sefalosporin generasi kedua atau yang pertama memasuki CSS (bahkan dengan meninges meradang) di tingkat terapi efektif dalam terapi. Konsentrasi cefotaxime, moxalactam, aksetil, ceftizoxime, seftazidim dan ceftriaxone dapat ditemukan dalam CSF parenteral setelah dosis pasien dengan meninges meradang. Sefalosporin menyeberangi plasenta dan konsentrasi serum janin dapat 10% atau lebih dari yang ditemukan dalam serum ibu. Protein mengikat obat secara luas.
Sefalosporin dan metabolitnya (jika ada) diekskresikan oleh ginjal, melalui sekresi tubular dan / atau filtrasi glomerulus. Beberapa sefalosporin (misalnya, cefotaxime, cefazolin, dan cephapirin) sebagian dimetabolisme oleh hati untuk senyawa desacetyl yang mungkin memiliki beberapa aktivitas antibakteri. 
Pengelompokan sefalosporin
Antibiotik sefalosforin dikelompokan berdasarkan generasinya. Senyawa generasi pertama memiliki aktivitas terhadap gram-positif dan sedikit aktivitas terhadap gram-negatif. Generasi kedua memiliki aktivitas yang sedikit lebih baik terhadap gram-negatif serta memiliki beberapa senyawa yang memiliki aktivitas terhadap bakteri anaerob. Genersi ketiga emiliki aktivitas terhadap organism gram-positif dan aktivitas yang lebih besar terhadap Enterobacteriaceae, serta satu kelompok yang aktif terhadap P. aeruginosa, dan genersi keempat yang memiliki spectrum mirip dengan generasi ketiga, namun memiliki stabilitas yang lebih baik terhadap hidrolisis oleh betalaktamase.
Hingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi, pembedaan generasi dari Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak langsung sesuai dengan urutan masa pembuatannya.
Berikut pembagian generasi Sefalosporin :
Aktivitas antimikroba
Spectrum antimikroba  sefalosporin bervariasi sesuai generasinya. Generasi pertama sangat aktiv melewan organism gram positif (dengan pengecualian enterokokus dan stafilokokus yang resisten penicillin) tetapi hanya aktif sedang melawan bakteri gram negative. Sefalosforin generasi kedua agak lebih aktif melawan bakteri gram negative da cukup aktif melawan gram positif. Sefalosporin generasi ketiga jauh lebih aktif melawan bakteri gram negative, yng mencakup enterobacteriaceae dan kadang- kadang psodomonas, tetapi umumnya kurang aktif melawan gram positif.
Absorpsi, Ditribusi, dan Ekskresi
Lebih dari 30 sefalosporin yang tersedia, hanya 4 yang cukup baik diabsorpsi setelah pemberian peroral untuk menghasilkan kadar sistemik atau kadar urina yang cocok untuk pengobatan, yaitu sefalksi, sefradin, sefaklor, dan sefadroksil. Obat-obat lain dalam golongan ini biaana diberikan intravena karena suntikan intramuscular menyebabkan nyeri hebat.
Sefalosporin terdistribusi luas kedla jaringan dan cairan tubuh, termasuk ciran pleura, perikrdium dan synovial. Sefalosporin lebih dini gagal masuk kedalam ssunan saraf pusat dan obat tunggal gagal dalam pengobatan meningitis. Tetapi sefalosporin yang lebih baru terutama moksalaktam, sefoperazon dan lainnya bias memasuki susunan saraf pusat dan mencapai konsentrasi terapi, yang cukup utuk terapi meningitis yang disebabkan oleh bakteri gram negative aerob. Sebaliknya obat serupa bias menyokong superinfeksi oleh enterokokus dan organism gram positif lainnya yang resisten.
Sefalosporin terutama diekskresi oleh filtrasi glomerolus dan sekresi tubulus kedalam urina. Obat penghambat tubulus dapat sangat meningkatkan kadar serum.  Sefalosporin yang mempunyai gugusan asetil pada R2 ( sefalotin,sefapirin) mengalami deasetilasi didalam hati, produk metabolic yang kurang aktif secara biologic. Pada gagal ginjal dosis harus diturunkan karena ekskresi sefalosporin mungkin jelas terganggu serta kadar jaringan dan cairan yang tinggi dapat menimbulan efek toksik. Kadar sefalosporin didalam empedu sama dengan yang didalam serum. Sefoperazone terutama diekskresi kedalam empedu, dankadar serumnya tidak banyak dipengaruhi  oleh gagal ginjal.

Sifat umum sefalosporin
Sefaleksin, sefradin, sefaklor, sefadroksil, lorakarbef, sefprozil sefixsim,sefodoksim proksetil, seftibuten, dan sefuroksim aksetil  diabsorpsi setelah pemberian oral dan dapat diberikan melalui rute ini. Sefalotin dan sefapirin menyebabkan nyeri jika diberikan melalui injeksi intramuscular sehingga biasanya hanya digunakan secara intravena. Senyawa lainnya dapat diberikan secara intramuscular atau intravena.
Sefalosporin diekskresi terutama melalui ginjal , sehingga dosis harus diubah pada pasien yang mengalami infusiensi ginjal. Probenesid memperlambat sekresi sebagian besar sefalosporin ditubulus. Sefpiramid dan sefoperazon merupakan kekecualian,karena diekskresi secara dominan dalam empedu. Sefalotin, sefapirin, dan sefotaksim dideasetilasi secara in vivo,dan metabolit-metabolit ini memiliki aktivitas antimikroba yang lebih rendah dibandingkan senyawa induknya. Metabolit yang dideasetilasi juga diekskresikan melalui ginjal. Tidak ada sefalosporin lain yang mengalami metabolism yang cukup berarti.
Beberapa sefalosporin berpenetrasi kedalam CSS dalam konsentrasi yang memadai untuk pengobatan meningitis. Beberapa diantaranya adalah sefuroksim, sefotaksim, seftriakson,sefepim, dan seftrizoksim. Sefalosporin juga melewati plasenta dan ditemukan dalam konsetrasi tinggi  dicairan synovial dan pericardial. Penetrasi kedalam aqueous humor mata relative baik setelah pemberian sistemik senyawa generasi ketiga, namun penetrasinya kedalam vitreous humor buruk.  Terdapat bukti bahwa konsentrasi yang memadai untuk terapi infeksi ocular  akibat mikroorganisme gram-positif dan gram-negatif tertentu dapat dicapai setelah pemberian sitemik.  Konsentrasi dalam empedu biasanya inggi, dan konsentrasi tertinggi dicapai setelah pemberian sefoperazon dan sefpiramid.
Indikasi Klinik   
Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat atau yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan spektrum antibakterinya. Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal, potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan hanya untuk hal tersebut diatas.
Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Penerapan utama sefalosporin
a.   Yang diduga bakterimia karena organism yang tidak diketahui (kebanyakan Staphylococcocus, klabsiella, bakteri koliformis, Proteus, dan Psodomonas), terutama pada penderita yang lemah tau termunosupresi. Sering infeksi demikian nosokomial dan dapat ditatalaksana dengn sefalosporin “ generasi ketiga”, yang sering diberikn bersama dengan aminoglikosida. “profilaksis bedah “ terpilih. Sefalosporin diberikan parenteral selama 2-6 jam sebelum dan 12-24 jam seudah suatu tindakan bedah yang mempunyai risiko infeksi lebih dari 5 %. Sering lebih disukai obat dengan waktu paruh yang lama, kadar jaringan yang tinggi dan harganya murah ( misalnya sefazolin ).
c.   Infeksi campuran, terutama yang mecakup anaerob, dan melibatkan dada, abdomen, atau pelvis. Sefoksitin dan beberapa obat “ generasi ketiga “ sangat efektif melawan anaerob, termasuk Bacteriodes sp.
d.    N. gonorrhoeae penghasil penisilinase dan infeksi khusus lainnya. Suatu pengganti terpilih untuk infeksi saluran air kemih.
e.    Meningitis bakterialis oleh basil gram-negatif mungkin dapat terobati dengan sefuroxim, sefoperazon, sefotaksim, atau sefalosporin baru lainnya yang mencakup susunan saraf pusat.
Sefalosporin dan merek dagangnya
Nama Generik
Brand Name
a. Sefaklor
• Cefaclor

• Capabiotic

• Ceclor

• Cloracef

• Especlor


b. Sefadroksil


• Cefadroxil

• Alxil

• Bidicef

• Biodroxil

• Cefat


c. Sefiksim


• Cefspan

• Ceptik

• Comsporin

• Spancef

d. Sefrozil

• Cefzil

e. Sefodizim


• Modivid

f. Sefotakzim

• Cefotaxime

• Clacef

• Claforan

• Clatax

• Taxegram

g. Sefpirom

• Cefrom

h. Seftazidim

• Ceftazidime

• Ceftum

• Fortum

i. Seftibutem

• Cedax

j. Seftriakson

• Ceftriaxone

• Broadcef

• Elpicef

• Rochephin

• Tricepin

k. Sefuroksim

• Sefuroxime

• Anbacim

• Cefurox

• Cethixim

• Kalcef

l. Sefaleksin

• Cephalexin

• Cefabiotic

• Ospexin

• Pralexin

• Tepaxin

m. Sefamandol

• Dardokef

• Dofacef

Cara Pemberian
a.    Pemberian oral
Sefaleksin dan sefradin tampak identik dalam hal absorpsi, kadardalam darah, ikatan protein, aktivitas antimikroba dan ekskresinya kedalam urina. Penggunaannya terbatas bagi infeksi saluran kemih atau bagi infeksi ringan pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh organism yang rentan. Begitu pula dengan cefadroksil. Sefaklor serupa dengan obat-obat diatas tetapi juga aktif terhadap H influenza penghasil beta laktamse.
b.    Pemberian parenteral
·         Intramuscular
Sefazolin, sefamandol, sefoksitin, sefotaksim dan lainnya mungkin diberikan dengan cara ini dalam dosis yang sama seperti pemberian intravena. Tetapi, rasa nyeri pada tempat penyuntikan mungkin merupakan keberatan utama bagi cara pemberian ini.

·         Intravena
Ditmbahkan sebagai suatu bolus dalam infuse intravena. Sefazolin digunakan untuk profilaksis bedah karena biasanya diberikan dalam kadar yang sangat tinggi dan berlarut-larut. Sefalotin menghasilkan kadar serum agak lebih rendah tetapi sangat resisten terhadap beta aktamase stafilokokus. Sefapirin mempunyai sifat serupa. Sefamandol sering aktif terhadap klabsiella, Enterobacter, Proteus dan anaerob, tetapi pilihan yang buruk pada infeksi H. infuenzae. Sefoksitin mungkin lebih disukai dalam infeksi B. fragilis dan anaerob campuran serta dipertimbangkan sebagai obat pengganti untukN. Gonorrhoeae penghasil penisilin. Bagi semua obat diatas, dapat terlihat resistensi dari setiap strain.
Efek samping
a.    Toksisitas
Iritasi local dapat menimbulkan nyeri hebat setelah suntikan intramuscular dan tromboflebitis setelah suntikan intravena berulang. Reaksi toksik lainnya meliputi anafilais, urtikaria, rash kulit, demam, eosinofilia, granulositopenia dan anemia hemolitik. Beberapa diantaranya mungkin menimbulkan reaksi hipersensitivitas. Toksisitas ginjal yang menghasilkan nekrosis tubulus telh ditunjukan bagi beberapa sefalosporin. Nefritis interstisial telah timbul pada pasien tua. Untuk alas an itu sefaloridin telah ditinggalkan.
Sefalospori peroral juga dapat menimbulkan diare, mual, muntah dan peningkatan SGOT.
Berapa sefalosporin lebih baru  dapat menunjukan efek seperti disulfiram jika dikombinasikan dengan alcohol. Ia dapat pul menginduksi hipoprotrombinemia dan kecenrungan perdarahan sehingga diindikasikan suplementasi vitamin K. Moksalaktam dapat menimbulkan kelainan perdarahan yang parah. Cacat trombosit yang diinduksi telah terlihat menyokong koagulopati kadang-kadang timbul.
b.    Alergi
sefalosporin dapat menimbulkan sensitisasi dan reaksi hipersensiivitas spesifik, termasuk dapat menimbulkan anafilaksis. Karena perbedaan dalam struktur kimiawi inti obat, maka antigenisitas sefalosporin berbeda dari penisilin. Akibatnya banyak individu yang hipersensitiv terhadap penisilin dapat mentoleransi sefalosporin. Derajat alergenisitas silang antara penisilin dan sefalosporin masih tetap kontroversi ( 6 – 16 %). Beberapa alergenisitas silang apat ditunjukan in vitro mupun pada manusia.
Seiring dengan efek yang dibutuhkan nya, obat dapat menyebabkan beberapa efek yang tidak diinginkan. Meskipun tidak semua efek samping dapat terjadi, jika mereka terjadi mereka mungkin memerlukan perhatian medis.
Efek samping umum :
·         nyeri dada
·         panas dingin
·         batuk
·         demam
·         sulit buang air kecil
·         sesak nafas
·         sakit tenggorokan
·         luka, borok, atau bintik putih pada bibir atau di mulut
·         kelenjar bengkak
·         perdarahan atau memar yang tidak biasa (lebih umum untuk cefamandole, cefotetan cefoperazone, dan aksetil)
·         biasa kelelahan atau kelemahan
Jarang terjadi:
·         Perut atau kram perut dan nyeri (berat)
·         perut kelembutan
·         diare (berair dan berat, yang mungkin juga berdarah)
·         gatal-gatal atau bekas, gatal kemerahan kulit, atau ruam kulit
·         rasa sakit, kemerahan dan bengkak di tempat suntikan
·         mengupas kulit
·         kejang
Mekanisme resistensi bakteri terhadap sefalosporin
Resistensi bakteri terhadap antibiotic betalaktam terus mengalami peningkatan dengan kecepatan yang dramatis.  Mekanisme terjadinya resistensi tidak hanya dengan dihasilkannya betalaktamase yang dapat menguraikan antibiotic, namun juga perubahan dalam protein-protein yang mengikat penisilin serta penurunan kemampuan masuknya antibiotic dan efluks antibiotic secara aktif.
Sistensi terhadap sefalosporin mungkin berkaitan dengan ketidakmampuan antibiotic tersebut untuk mencapai kerjanya; dengan perubahan pada protein pengikat penisilin ( Penicillin Binding Protein, PBP) yang merupakan target sefalosporin, sedemikian sehingga afinitas ikatan antibiotic tersebut menjadi lebih rendah; atau dengan enzim bakteri ( beta-laktamase) yang dapat menghidrolisis cincin beta-laktam dan dapat menginaktivasi sefalosporin. Perubahan pada dua PBP ( 1A dan 2X ), sedemikian rendah, sudh cukup untuk dapat menimbulkan resistensi pneumokokus terhadap sefalosporin generasi ketiga, seperti halnya ketiga PBP berbobot molekul tinggi lainnya yang memng memiliki afinitas rendah.
Mekanisme resistensi terhadap sefalosporin yang paling sering terjadi adalah perusakan sefalosporin melalui hidrolisis cincin beta-laktam. Banyak mikroorganisme gram-positif yang melepaskan cukup banyk beta-laktam ke medium sekitarnya. Meskipun bakteri gram-negatif tampaknya menghasilkan lebih sedikit beta-laktamase, namun lokasi enzim tersebut dalam ruang periplasma membuatnya lebih efektif dalam merusak sefalosporin saat berdifusi menuju targetnya pada membrane bagian dalam, seperti halnya terjadi pada penisilin. Namun demikian, sefalosporin memiliki erentanan yang bervariasi terhadap beta-laktamase. Misalnya, diantara  semua sefalosporin generasi pertama, sefazolin lebih rentan terhadap hidrolisis oleh beta-laktamae dari S. aureu dibandingkan sefalotin. Sefoksitin, sefuroksim, dan sefalosporin generasi ketiga lebih resisten terhadap hidrolisis oleh beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri gram-negatif daripada sefalosporin generasi pertama. Sefalosporin geberasi ketiga rentan terhadap hidrolisis beta-laktamase yang dapat diinduksi dan dikodekan secara kromosomal ( tipe 1 ). Induksi beta-laktamase tipe 1 melalui pengobatan infeksi akibat basil gram-negatif aerob dengan sefalosporin generasi kedua atau ketiga dan/atau imipenem dapat menimbulkan resistensi terhadap seluruh sefalosporin generasi ketiga. Sefalosporin generasi keempat seperti sefepim, merupakan penginduksi lemah beta-laktamase tipe 1 dan lebih tidak rentan terhadap hidrolisis oleh beta-laktamase tipe 1 dibandingkan dengan senyawa generasi ketiga.
Tidak ada satupun sefalosporin yang memiliki aktivitas yang dapat diandalkan terhadap bakteri-bakteri berikut: S. pneumonia yang resisten-penisilin, S. aureus yang resisten-metisilin, S. epidermidis  yang resisten-metisilin dan stafilokokus koagulase-negatif lainnya, Enterococcus, L. monocytogenes, Legionella pneumophilia, Campylobacter jejuni, dan spesies acinotebacter.
Interaksi sefalosporin dengan obat lain
Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan terjadinya peristiwa interksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampior bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh yang merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek pengobatan.
Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut sampai tidak dikenalisehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya optimalisasi. Secara ringkas dampak negatif dari interaksi inikemungkinan akan timbul,sebagai,berikut:
•Terjadinya efek samping,
• Tidak tercapainya efek terapetik yang diinginkan.
Menggunakan obat-obatan di kelas ini dengan salah satu dari obat-obatan berikut ini tidak dianjurkanCalcium Acetate Kalsium Asetat
·         Kalsium Klorida
·         Kalsium Gluceptate
·         Kalsium glukonat
·         Ringer laktat Solusi
·         Heparin
Penggunaan bersamaan aminoglikosida parenteral atau obat nefrotoksik lainnya (misalnya, amfoterisin B) dengan sefaloorin adalah kontroversial. Berpotensi, sefalosporin dapat menyebabkan nefrotoksisitas aditif jika digunakan dengan obat-obatan, namun interaksi ini hanya didokumentasikan dengan cephaloridine (tidak lagi dipasarkan). Namun demikian mereka harus digunakan hati-hati. Dalam studi in vitro telah menunjukkan bahwa sefalosporin dapat memiliki sinergi atau tambahan aktivitas terhadap bakteri tertentu bila digunakan dengan aminoglikosida, penisilin, atau kloramfenikol. Namun, beberapa dokter tidak menyarankan menggunakan sefalosporin bersamaan dengan antibiotik bakteriostatik (misalnya, kloramfenikol), terutama pada infeksi akut di mana organisme tersebut berkembang biak dengan cepat . Probenesid kompetitif sekresi tubular sefalosporin , sehingga meningkatkan kadar serum. Seperti reaksi disulfiram (anoreksia, mual, muntah) telah dilaporkan pada manusia yang telah mencerna alkohol dengan 48-72 jam setelah menerima antibiotik beta laktam (misalnya, cefamandole, cefoperazone,, cefotetan moxalactam) dengan rantai-sisi thiomethyltetrazole. Karena antibiotik telah dikaitkan dengan perdarahan, mereka harus hati-hati digunakan pada pasien yang menerima antikoagulan oral.
Mekanisme Kerja Sinergisme
Kebutuhan kombinasi antimikroba yang sinergistis telah dibangun dengan jelas untuk mengobati edokarditis enterokoktus. Aktivitas bakterisid penting untuk menangani  endekorditis bakeri secara optimal. Penicilin atau ampicilin yang dikombinasi dengan gentamicin atau streptomycin lebih baik dari pada monoterapi dengan penicilin atau vancomycin. Ketika dilakukan tes terpisah, penicilin dan vancomycilin hanya bersifat bakteriostatik terhadap isolat-isolat enterokokkus yang rentan. Namun ketikan agen-agen ini dikombinasi dengan aminoglycoside didapatkan hasil bakterisid . tambahan gentamycin atau streptomicin pada penicilin memungkinkan pemendekan durasi terapi untuk pasien-pasien yang terseleksi dengan endokarditis streptokokkus viridan. Demikian pula ketika gentimycin ditambahkan pada nafcillin memungkinkan pendekatan durasi terapi endokarditis sisi kanan staphylococcus aureus pada pemakai obat  intravena. Ada bukti tertentu bahwa kombinasi-kombinasi  antimikroba yang sinergistis (misalnya β-laktam ditambah pada pasien-pasien kanker demam neutropenik dan pada infeksi-infeksi yang disebabkan  Pseudomonas aeruginosa.
Kombinasi-kombinasi antimikroba sinergistis lainnya terbukti lebih efektif daripada monoterapi dengan komponen-komponen individual. Trimethoprim-sulfametoxazole berhasil digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan pneumonia Pneumocystis carinii. Penghambat-penghambat laktamase- memulihkan  aktivitas -laktam yangsecara intrinsik aktif tetapi dapat dihidrolisis terhadap organisme-organisme seperti S aureus dan Bacteroides fragilis.
Tiga mekanisme utama sinergisme antimikroba yang telah dibangun:
a.       Penyakat langkah sekuensial pada sekuens metabolisme
Trimethoprim-sulfametoxazole adalah contoh terbaik yang dikenal dari mekanisme sinergi ini. Penyakatan dua langkah-langkah sekuensial pada jalur asam folat siklis oleh Trimethoprim-sulfametoxazole menghasilkan jauh lebih banyak hambatan pertumbuhan yang lengkap daripada yang dicapai oleh salah satu komponen ini secara tunggal.
b.      Hambatan Penonaktivan Anzimatis
Penonaktivan enzimatis terhadap antibiotik-antibiotik b-laktam merupakan mekanisme utama resistensi antibiotik. Hambatan laktamase-b oleh obat-obat penghambat laktamase-b menyebabkan sinergisme.
c.       Peningkatan Ambilan Agen Antimikroba
Penicillin dan agen-agen lain yang aktif pada dinding sel meningkatkan ambilan aminoglycoside oleh sejumlah bakteri, termasuk stafilokokkus, enterokokkus, streptokokkus, dan P aeruginosa. Diduga bahwa enterokokkus secara intrinsik sesisten terhadap aminoglycoside karena keterbatasan permeabilitas. Ketika suatu aminoglycoside dikombinasi dengan penicillin atau glikopeptida melawan isolat-isolat enterokokkusyang rentan, aktivitas bakterisid berhasil. Sama halnya dengan amphotericin B yang diduga meningkatkan ambilan flucytisine oleh fungi.
 Masalah Medis Lainnya 
 Kehadiran masalah medis lain dapat mempengaruhi penggunaan obat-obatan di kelas ini.
·         Masalah Pendarahan, riwayat (cefamandole cefoperazone,, cefditoren, dan hanya cefotetan) obat ini dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan.
·         Karnitin, Cefditoren dapat menyebabkan tingkat carnitine menurun lebih lanjut.
·         Penyakit ginjal. Beberapa sefalosporin perlu diberikan dengan dosis yang lebih rendah untuk orang dengan penyakit ginjal.Sefuroksim dapat meningkatkan kemungkinan kerusakan ginjal.
·         Penyakit hati (cefoperazone dan aksetil). Cefoperazone perlu diberikan dengan dosis yang lebih rendah untuk orang dengan penyakit hati. Kondisi dapat diperburuk oleh penggunaan aksetil.
·         Fenilketonuria. Cefprozil suspensi oral mengandung fenilalanin.
·         Miskin status gizi.Ini mungkin diperburuk oleh aksetil.
·         Perut atau penyakit pencernaan, sejarah (terutama kolitis, termasuk kolitis yang disebabkan oleh antibiotik, atau enteritis)-sefalosporin dapat menyebabkan radang pada beberapa pasien.
Penyimpanan
Simpan obat dalam wadah tertutup pada suhu kamar, jauh dari panas, kelembaban, dan cahaya langsung. Jauhkan dari titik beku. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
Simpan bentuk cair sefalosporin oral dalam lemari pendingin karena panas akan menyebabkan obat ini untuk memecah. Namun, perlu obat dari pembekuan. Ikuti petunjuk pada label. Cefixime suspensi oral (Suprax), suspensi oral aksetil axetil (Ceftin), cefdinir suspensi oral (Omnicef), dan suspensi loracarbef oral (Lorabid) tidak perlu didinginkan.
Kontraindikasi / Peringatan / Reproduksi Keselamatan
Sefalosporin adalah kontraindikasi pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap mereka. Karena mungkin ada reaktivitas silang, gunakan sefalosporin hati-hati pada pasien yang didokumentasikan hipersensitif terhadap antibiotik beta-laktam lain (misalnya, penisilin, cefamycins, carbapenems).
Antibiotik oral sistemik tidak boleh diberikan pada pasien dengan septikemia, syok atau penyakit berat lainnya sebagai penyerapan obat dari saluran pencernaan mungkin jauh ditunda atau berkurang. Rute parenteral (sebaiknya IV) harus digunakan untuk kasus ini.
Namun, gunakan hanya jika potensi manfaat lebih besar daripada risiko.  
Parameter Monitoring
Sefalosporin biasanya memiliki  toksisitasyang kecil, gunakan monitoring untuk keberhasilan. Karena Pasien dengan fungsi ginjal berkurang, mungkin perlu diintensifkan pemantauan ginjal. tingkat serum dan pemantauan obat terapeutik tidak secara rutin dilakukan dengan agen ini.
DAFTAR PUSTAKA
·         www.tiscali.co.uk
·         Dexa Media jurnal kedokteran dan farmasi no 2, vol 20 april-juni 2007

·         Widjajanti, Nur Aini. 1988. Obat-obatan. Yogyakarta: Kanisius.
·         Tjay, Tan Hoan dan Kirana Raharja. 2002. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

·         Harkness Richard, 1989, Interaksi Obat. Penerbit ITB : Bandung.
·         Hariana, H.Arief, 2006, Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya seri 1,penebar swadaya : Jakarta.

·         Hariana, H.Arief, 2006, Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya seri 3,penebar swadaya : Jakarta.

·          Petri Jr WA. Penicillin,cephalosporins and 0ther β-lactam antibiotics. Dalam : Goodman & Gillman’s, The Pharmacological Basis of Therapeutics, edisi XI. 1127-2254, 2006

·          Borgden RN, Campoli-Richards. Cefixim. A review of its antibacterial activity, pharmacokinetic properties and therapeutic potential. Drugs,38(4): 524-550.1989

·         Hansfield HH, McCormack WM, Hook EW, Douglas JM, Govino JM, Verdon MS et al. A comparison of single dose cefixime with ceftriaxone as treatment for uncomplicated gpnorrhea. The Gonorrhea Treatment Group. NEJM 1991, 325: 1337- 1341

·         Santillan RM,Gracia GR,Bevente IH, Garcia EM.Efficacy of cefixime in the treatment of typhoid fever.Proc West Pharmacol Soc; 43: 65-66,2000.

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔